Sabtu, 11 Februari 2012

Jika Allah Sudah Berjanji………..! (Terilhami dari sebuah kisah nyata)

Posted by WAHYUDIN ANTON On 11.40 No comments

Pagi itu matahari seakan malu untuk keluar dari peraduannya, dedaunan yang awalnya basah mulai mengering dari embun malamnya, begitu juga suara jangkrik yang perlahan menghilang entah kemana berganti dengan nyanyian burung-burung sambil menari indah dari ranting satu ke ranting lainya adalah gambaran satu sisi keindahan desaku, desa Plososetro. Secara geografis desa ini masuk dibagian barat Kabupaten Lamongan. Iya, sebuah desa dimana aku pertama kali melihat Dunia.
Ketika puluhan juta orang seakan sedikitpun tak merasa bersalah disaat waktunya berjalan begitu saja dan baru akan merasa bersalah bahkan berdosa ketika sedang diputus cinta oleh sang Kekasih. Maka Aku, pagi itu begitu asyik dipojok teras rumah dengan laptop miniku, sekedar ingin memaknai setiap detik kesempatan yang diberikan Allah Swt kepadaku, “Dan demi waktu, sesungguhnya orang-orang dalam keadaan merugi, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan kesabaran” (QS Al-Ashr: 1-3)
Baru 20 menit bermain bersama layar miniku, ponsel disampingku bergetar menandakan ada panggilan masuk, sebentar Aku lirik ternyata satu panggilan dari nomor baru. Mungkin inilah Aku, sengaja sering kali tidak menerima setiap panggilan dari nomor tak dikenal, tapi entah saat itu seakan ada dorongan halus seakan menyuruh agar aku menerimannya, setelah panggilan petama tidak terjawab nomor tersebut mencoba menelfon kembali, maka segera aku gapai dan terdengar suara dari sebrang sana.
“Assalamu’alaikum Wr. Wb. dengan mas Anton yah?..”.
Wa’alaikumussalam Wr. Wb. iya maaf ini dengan siapa?.”,
“saya Nina mas dari Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Muhammadiyah Sidoarjo Kota, gini mas kita mau ngadain Pelatihan Taruna Melati 1, nah rencanaya mau minta tolong mas untuk ngisi salah satu materi, gimana mas?.”
“ow iya, tolong nanti dikirim aja surat dan proposalnya ke email PW IPM Jatim dulu yah, emailnya jatim@ipm.or.id, ow iya nanti tolong konfirmasi yah kalo surat sudah dkirim biar saya bisa cek”.
“iya mas, ya sudah klo gitu, syukron”.
“Afwan”.
“Assalamu’alaikum Wr. Wb”
“Wa’alaikumussalam Wr. Wb”.
Setelah menutup ponsel Aku kembali fokus dengan laptop miniku, meski si Amirul ponakanku sesekali memanggil ingin ngajak bermain, tapi aku masih asyik menerobos sejauh mana kemampuan otak kananku..…..!!
**************
Aku pelajari surat dan proposalnya, dari manual acara yang terlampir aku diamanahi untuk mengisi materi “Administrasi IPM” pada hari Sabtu pukul 19.30-21.00 WIB tanggal 17 Desember 2011. Selain itu ada materi “Ke-IPM-an” yang juga di amanahkan kepada Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jawa Timur.  Segera aku kontak ketua Umum, karena beliau berhalangan akhirnya disposisi ke Ketua Bidang Organisasi.
Sabtu ba’da dzuhur cuaca begitu cerah secerah gagahnya sang matahari dalam menerangi bumi sekalian isinya, sungguh mengingatkanku pada sinar logo Muhammadiyah. Logo dengan semangat membara untuk berdakwah dijalan-Nya. Siang itu aku mulai perjalananku menuju lokasi Taruna Melati 1 dengan satu-satunya inventaris transportasiku yang seringkali menemani disetiap petualanganku, motor Supra 125 TR rakitan tahun 2009. Perjalanan Lamongan sampai gresik berjalan dengan lancar. Baru kemudian setelah masuk kabupaten Gresik  angin berhembus dengan kencangnya, hujan pun begitu deras menyapu setiap sudut jalanan kota, sebagian pengguna jalan tetap nekat melanjutkan perlananan meski harus basah kuyup, ada yang terus melanjutkan dengan mengenakan mantel layaknya aku, juga tidak sedikit yang memilih berteduh diteras-teras pertokoan sepanjang jalan kota Surabaya.
Sambil menahan hawa dingin terselip do’a dan keyakinan bahwa aku akan sampai dengan selamat. Pukul 16.00 Wib Aku masih juga belum keluar dari kota Surabaya. Maka Aku putuskan untuk mampir ke masjid untuk ruku’ dan bersujud kepada-Nya. Wajahku terasa segar setelah tersapu dengan air wudhu. Kali ini Engkau jadikan angin kencang dan hujan lebat sebagai teman Sholat Asharku. “La haula walaa quwwata Illa Billlah”.
Aku pun sampai di lokasi Taruna Melati I, di SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo.
“Engkau tunjukkan kepadaku Cahaya-cahaya kecil yang kelak insyaAllah akan menjadi pejuang-pejuang dijalan-Mu”. Syukur dalam batinku ketika melihat semangat adik-adik peserta Kegiatan…..!
Sang fajar perlahan keluar dari peraduanya menunjukkan waktu shubuh telah tiba, Masjid-masjid seakan tak mau kalah untuk berlomba mengundang para jamaahnya, maka dengan penuh keyakinan Aku melangkahkan kaki untuk memenuhi undangan itu. sungguh Aku terhanyut dalam indahnya irama Hijaz dari lantunan QS. Ar-Rahman yang dibaca oleh Imam, menandakan bahwa beliau pasti mempunyai ilmu keagamaan yang sangat luas. Sedang aku, masih banyak kekurangan, sering melakukan kesalahan, tak sadar air bening pun keluar membasahi pipi….
“Allahummaghfilii waliwa lidayya warhamhuma kamaa Robbayani shaghiraa”.
Ba’da shubuh Aku bersiap melanjutkan safarku, pagi ini juga Aku harus menuju Yogyakarta. Ada beberapa tugas yang harus aku selesaikan disana, termasuk mengurus pembuatan Kartu Tanda Anggota IPMawan-IPMawati Kabupaten Pasuruan. Segera Aku  berpamitan dengan adik-adik panitia dan peserta TM, sesampainya d Terminal Bungurasih-Surabaya Aku menitipkan motorku kemudian berjalan menyusuri trotoar menuju antrian puluhan bis yang akan mengantar ratusan penumpang dengan berbagai macam jurusan.
“Biuuuyyyhhh, lelahnya…..” . Gumamku dalam hati karena lamanya perjalanan ini
 Bayangkan, Pukul 06.00 Wib berangkat dari Surabaya, dan sekarang pukul 13.00 Wib baru sampai di terminal Tirtonadi, Solo. Panasnya cuaca semakin menambah rasa capek dan letih, tapi disi lain aku tetap mencoba untuk bersyukur karena dengan beginilah aku bisa merasakan bahwa perjalanan hidup setiap orang sangatlah berbeda.
“Trimaksih ya Allah, Engkau sudah mengajari aku melalui berbagai pengalaman ini”.
“Mas,,,,, Kosong yah?.” Penumpang yang baru naik bis menyadarkan lamunanku sambil menunjuk kursi kosong disebelah kananku.
“ow iya mas, silahkan” Jawabku dengan sebisa mungkin menutupi rasa kagetku.
************
Dua hari sudah Aku di Yogyakarta maka aku harus segera balik ke kampung halaman. Selasa pukul 22.00 WIB perlahan aku mulai meninggalkan kota yang penuh dengan Sejarah ini dengan Bus Eka jurusan Yogyakarta-Surabaya. Rasa lelah menjadikanku terlelap dalam iringan cahaya lampu jalanan yang seakan berlarian cepat kebelakang.
Aku melihat pergelangan tanganku, waktu sudah menunjukkan pukul 05.20 WIB, ternyata aku sudah sampai surabaya.  Teringat aku belum menunaikan sholat Shubuh. Di masjid ramai orang tapi aku tak kenal, aku segera ambil air wudhu dan menunaikan kewajiban yang sudah menjadi kebutuhan ruhaniku. Aku takbir, Aku ruku’, Aku bersujud dan Aku berdo’a.
 “Semoga Engkau selalu memberikan kekuatan pada langkahku untuk menjalankan setiap titah-Mu”.
Seusai sholat aku bergegas mengambil motorku yang sudah 3 hari aku tak menjumpainya, aku harus bisa sampai di rumah sebelum pukul 07.00 Wib, jika tidak begitu, maka adik-adik disana pasti akan menunggu sembari terus melihat ke arah pintu kelasnya.
“Mas ambil motor”, sapaku kepada penjaga parkir sembari menunjukkan selembar karcis bukti bahwa aku menitipkan motor ditempatnya.
“Tunggu sebentar mas”. Jawab penjaga parkir.
“ Mas kok gak ada ya motornya” sapa penjaga setelah merasa tidak ada nomor polisi motor yang cocok dengan yang tertulis di lembar karcis.
“Gak ada gimana maksudnya mas?” tanyaku meyakinkan.
“Iya mas, kok gak ada disni motornya” jawabnya dengan sedikit lebih yakin.
Mendengar jawaban itu maka aku mencoba ikut mencari motorku kesudut-sudut ruang parkir, semua motor gak ada yang aku kenal. Maka sambil berusaha setenang mungkin, aku kembali bertanya.
“Trus gimana ini mas?.”
“Bos saya sekarang lagi keluar kota, tolong STNK dan Karcis asli sampean tinggal disini biar nanti saya dan bos saya yang akan lapor ke polisi”.
“Waduh maaf mas gak bisa, gini aja saya sekarang minta nomor ponsel bosnya bisa?.”
“Iya mas saya kasih, tapi karcis dan STNKnya harus ditinggal”. Suara penjaga seakan memecah hembusan angin pagi.
Aku tak mau ambil resiko, jika karcis dan STNK Aku kasihkan kemudian terjadi apa-apa dengan karcis dan STNKku maka aku tidak punya bukti untuk mengurus masalah ini. Segera aku mengambil ponselku dan mencari nomor atas nama PW Ari Kurniawan.
“Assalamualaikum Wr. Wb.”
“Wa’alaikumussalam Wr. Wb.”
“Kamu dimana ar, saya lg kena musibah neh”
“Innalillahiwainna ilaihi rajiun, musibah apa ton?.”
“Motorku hilang diparkiran Bungurasih.”
“Waduh, yaudah saya tak segera kesana”
“Saya tunggu yah, makasih. Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikumussalam Wr. Wb.”
Setelah itu aku cari nomor Amirul Mukminin yang ada d Ponsel, aku kabari dan aku minta agar tidak terlebih dulu bilang ke ibu, karena aku yakin jika ibu tau pasti dia akan panik dan justru akan tidak baik. Maka aku putuskan untuk hanya menghubungi orang-orang yang saya anggap aman untuk dhubungi terlebih dulu, mbak Ekva Nuriyati, Kak Jasmono, Kak Budi Ismail, dek Tunik Rujuluna dan teman seperjuangan Achmad Rosyidi adalah termasuk mereka yang pertama aku kabari.
************
Aku masih di area parkiran. Aku menyaksikan ratusan orang disibukkan dengan aktifitasnya masing-masing, begitu juga Bis yang tak pernah berhenti berkejaran meninggalkan terminal. Digerbang keluar bis tak pernah Aku jumpai sepi dari para pedagang asongan, tukang ojek, angkot yang sekedar mangkal sebentar mencari tambahan penumpang dan yang paling membuat aku miris adalalah anak-anak itu, anak-anak yang semestinya jam segini tertawa riang mengenakan seragam putih dengan tas dipunggungnya harus berjuang keras melawan ganasnya zaman, mereka harus mengamen dari bis satu ke bis yang lainnya. Aku seringkali heran dengan Negeriku sendiri, Indonesia yang katanya kaya tapi tetaplah menyisahkan banyak luka, yang katanya sekolah gratis tapi jutaan anak-anak putus sekolah, yang katanya perekonomian meningkat tapi berita kurang gizi masih sering menghiasi layar televisi.
Hyyymmmmmm. Aku menarik nafas panjang dan mencoba untuk bisa tetap tenang, mungkin setenang angin pagi yang bertiup kala itu. Aku menunggu kawanku datang, datang untuk setidaknya membantuku disini.
Ari Kurniawan pun datang. setelah aku bercerita seperlunya, aku ajak dia mencari tempat foto copy untuk mengcopy semua berkas dalam dompet yang sekiranya perlu menurutku. Setelah itu aku kembali ke tempat parkiran untuk menemui petugas jaga parkir
“Mas, ini sudah aku foto copy. Sekarang saya minta nomor kontak bos Parkirnya.” Kataku sambil mengasihkan berkas yang sudah saya foto copy.
“Wah gak bisa itu mas, harus yang asli. Mas harus percaya sama saya” lagi-lagi perkataan itu muncul dengan suara keras.
Ngapunten mas, bukan saya gak percaya, tapi untuk antisipasi esok hari. Saya gak bisa serahkan yang asli”.
 “Udah ton mau atau tidak kasihkan saja foto copyan itu, kita tinggal saja. Bilang besok kita aka kesini lagi”  Ari yang dari tadi diam mencoba memberikan solusi.
“Ya sudah mas, tolong ini nanti dikasihkan ke bos parkir dan bilang kalau besok saya kesini lagi ingin bertemu dengan beliau” ucapan terakhirku sebelum aku meninggalkan tempat parkir.

Dengan berbagai pertimbangan maka aku memutuskan untuk melapor ke polisi dulu. Sebelum berangkat menuju Polsek Waru - Sidoarjo aku sempatkan telfon lagi IPMawan Rosyidi untuk membantuku melapor ke kepolisian. Ari tidak bisa menemaniku ke Polsek karena masih ada kerjaan yang harus dia selesaikan.
“OK makasih Ar, hati-hati…..”
“Yoi, semoga lancar. Assalamualakum”.
“Waalaikumsalam”.
Tak menunggu lama, aku dan Rosyidi pun segera meluncur ke Polse Waru.
*************
“Alhamdulillah…” Sykurku karena masalahku sudah masuk berita acara kepolisian. Setidaknya aparat keamanan sudah mengetahui kasus ini. Pak wardi, polisi yang menangani kasusku saat itu bilang.
“kemrin belum lama ini juga ada kehilangan motor mas di area parkir situ mas,”
“Trus gimana itu pak kelanjutannya?.” Tanyaku penasaran.
“Alhamdulillah pihak korban mendapat ganti penuh, jadi semoga nanti anda juga demikian”. Jawaban beliau sedikit menghiburku.
Ow iya bapak amin, trimaksih”.
Setelah dirasa cukup maka Aku segera meninggalkan Polsek. Rosyidi yang dari tadi memboncengku mengajakku untuk mampir kerumahnya, paling tidak sekedar untuk istirahat sambil menenagkan, sedang aku yang dibonceng mengangguk tanda setuju. Sesampai dirumah rosyidi ponselku berbunyi menandakan ada panggilan masuk, ternyata benar. “Nomor Rumah” memanggil.
“Assalamu’alaikum…. “ Aku sangat mengenal suara ini, ini suara ibu. Maka dengan selembut mungkin aku menjawab.
“Waalaikumussalam.  Injeh buk,”
“Cung, Nok endi saiki?. Piye sidoe urusane?”. Aku faham, ibu saat itu telfon sambil menangis sedih karena aku. Tak sadar ternyata aku pun ikut meneteskan air bening dari mataku. Bukan karena kehilangan motor yang bikin aku meneteskan air mata melainkan tangisan ibulah yang membuatku terhanyut dalam kesedihan begitu mendalam.
“Alhamdlillah buk, Kulo sakniki ten daleme mas Rosyidi. Sampun kulo urus ten Polisi , ibu pun usah nangis nggeh….”  
Setelah merasa benar-benar bisa meyakinkan kepada Ibu bahwa semua akan baik-baik saja, akupun menutup telfonku.
“Sesibuk dan sesusah apapun, jangalan engkau sekali-kali berani melupakan sholat nak”. Pesan bapakku yang tak akan pernah aku lupa sejak masih kecil dulu. Maka segera aku menuju ruang sholat.
Rabbi,,,, Jika ini adalah cobaan dari_Mu, maka aku ikhlas menerimaya. Kuatkan hambamu ini dalam do’a dan pengharapan..  karena Engkaulah yang maha menguatkan hati para hamba-hambaMu, berilah ketenangan batin padaku dan keluargaku, karena Engkaulah yang maha memberi ketenangan pada setiap hati para hambaMu. Tanpa sadar kembali air mata menetes, membasahi sisi panjang sajadah ini….
“Robbana Atina Fiddunya Hasanah, Wafil Akhirati Hasanah, Waqina Adza Bannar”.
***************
Aku lelah tapi inilah kenyataan, aku sedih tapi inilah ujian, sepanjang perjalanan menuju menuju kampung halaman hanya satu yang ada dalam fikiran, ingin segera sampai rumah. Menjelaskan semua kejadian yang sebenarnya agar ibu dan orang-orang rumah bisa tenang. Ibu tidak lagi menangis seperti ketika telon aku beberapa saat yang lalu…
“Assalamualaikum Wr. Wb.” Salamku ketika hendak masuk ke dalam rumah.
“Waalaikumussalam, Wr. Wb.” keluargaku menjawab dengan serentak.
Melihat aku dating Ibu langsung memelukku dengan pelukan hangatnya sambil berkata.
“Cung kok iso sampek ilang iku piye?....”
Niki sedoyo pun dados rencanaipun Allah buk, insyaAllah akan ada nilai mulia dibalik ini semua.” desasku pelan mencoba kembali menghibur sambil membalas pelukan ibu,
Aku tersadar ternyata banyak orang di rumah, saudara yang di Tuban pulang, tetangga pada jenguk kerumah. Aku ceritakan keadaan sebenarnya mulai dari aku berangkat ke Sidoarjo sampai aku kehilangan motor. Semua yang mendengarkan seakan ikut merasakan kesedihan. Sebuah kehangatan hidup bermasyarakat dipedesaan begitu terasa, ketika ada satu orang yang sedang mengalami musibah maka semua seakan ikut merasakan. Inilah yang tidak akan di dapati ketika hidup dengan masyarakat diperkotaan.
Do’a Ibundaku, Bapakku, Saudara-saudaraku, Guru-Guruku dan Teman-temanku ternyata benar-benar didengar oleh Allah, Alhamdulillah tepat tiga minggu setelahnya Allah mengganti motorku yang hilang…..!!!
“Sungguh Allah senantiasa mengetahui apa yang hakekatknya kita butuhkan, bukan sekedar apa yang kita inginkan”.  Jika Allah sudah berjanji, maka tak akan ada ingkar setelahnya….!!!!
Thanks for All……!!!!!!

0 komentar:

Posting Komentar